Friday, August 25, 2006

Renungan Buat yang sibuk berkarir

Renungan Buat yang sibuk berkarir
(Cerita ini hanya sebuah fiksi, bila ada kesamaan nama, peristiwa atau tempat hanya lah suatu kebetulan saja, dan ini aku dapat dr kiriman email teman, have a nice reading sohib)

Seperti biasa SURYO, Senior Consultant di sebuah perusahaan swasta terkemuka di
Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, ATEK, putra pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa SURYO sambil mencium anaknya. Biasanya, ATEK memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terj
aga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, ATEK menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang l
agi, ya?" "Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar
Rp 400.000 ,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan minggu libur, kadang sabtu Ayah masih lembur. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"
ATEK berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika SURYO beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, ATEK berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"perintah SURYO. Tetapi ATEK tak
beranjak.
Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, ATEK kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp.5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam l
agi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah
capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. "Tapi, Ayah..."Kesabaran SURYO habis. "Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan ATEK. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, SURYO nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok ATEK di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. ATEK didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, SURYO berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama ATEK.Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung
l
agi dari uang jajan selama minggu ini. "Iya,iya, tapi buat apa?" tanya SURYO lembut."Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata ATEK polos.

SURYO terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebah
agiaan anaknya.

No comments: